
At-Tarbiyah Adz-Dzakiyyah: Seni Menyeimbangkan Kebebasan dan Bimbingan
- Categories Kolom
- Date 26 February 2025
Mendidik remaja adalah tantangan kompleks yang dihadapi oleh banyak orang tua dan pendidik. Remaja berada dalam fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa, di mana mereka mulai mengembangkan identitas, kemandirian, serta mengasah kemampuan berpikir kritis. Pada tahap ini, mereka membutuhkan ruang untuk bereksplorasi dan mengekspresikan diri, namun juga tetap memerlukan bimbingan agar tidak menyimpang.
Dilansir dari sindonews.com, kenakalan remaja sering kali dipicu oleh berbagai faktor termasuk pengaruh buruk dari lingkungan pertemanan atau dampak negatif dari media sosial yang masif. Berdasarkan penelitian Niken Esteralvi Ndun dkk, sekitar 80% remaja yang terlibat dalam perilaku menyimpang, seperti merokok, menggunakan narkoba, atau perkelahian, melakukannya karena dorongan atau pengaruh dari teman-teman dekat mereka. Tekanan ini sering kali muncul karena keinginan untuk diterima dalam kelompok atau sebagai cara untuk menunjukkan eksistensi dan identitas diri.
Adanya fakta di atas menunjukkan akan perlunya sebuah pendekatan bagi mereka, sebuah pendekatan yang seimbang antara kebebasan dan pengawasan, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual. Dalam konteks pendidikan Islam, Konsep At-Tarbiyah Adz-Dzakiyyah, pendidikan yang cerdas dan seimbang menjadi solusi ideal dalam mendidik remaja dengan memadukan kebebasan dan arahan yang tepat.
Kebebasan bagi Remaja
Secara lughawi, kebebasan dalam bahasa Arab disebut الحرية (al-hurriyyah), yang berasal dari kataحر (hurr), yang berarti bebas, merdeka, atau tidak terikat. Dalam pengertian bahasa, kebebasan berarti keadaan seseorang yang tidak berada dalam belenggu, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Sedangkan menurut terminologi kebebasan berarti memberikan ruang bagi peserta didik untuk belajar, berkreasi, dan berkembang tanpa tekanan, tetapi tetap dalam bimbingan yang terarah. Kebebasan dalam konteks ini bukanlah kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang bertanggung jawab, di mana setiap individu tetap berpegang pada norma, etika, dan nilai-nilai moral agar tidak menyimpang dari tujuan pendidikan yang hakiki.
Kebebasan dalam pendidikan remaja bukan berarti membiarkan kesempatan mereka untuk bertindak tanpa batasan. Kebebasan yang diberikan harus memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Dalam konteks pendidikan, kebebasan ini dimaksudkan untuk memberi ruang bagi remaja untuk mengeksplorasi pilihan mereka sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri, selain itu juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis untuk menghadapi masalah, mengambil keputusan serta menyelesaikannya, atau dengan kata lain memberi kebebasan tidak sekedar kebebasan namun demi membangun tanggung jawab akan konsekuensi dari setiap pilihan yang mereka ambil. Dengan adanya pendekatan ini, remaja tidak hanya merasa dihargai dalam proses belajar mereka, tetapi juga dilatih untuk menghadapi berbagai situasi kehidupan dengan pemikiran yang matang dan bijaksana.
Kebebasan dalam hal ini juga memungkinkan mereka untuk belajar dari sebuah pengalaman, baik yang positif maupun negatif. Dengan diberi ruang untuk membuat pilihan dan mengambil risiko dalam lingkungan yang aman dan mendukung, remaja dapat mengembangkan ketahanan mental dan emosional. Kebebasan ini memungkinkan remaja untuk menjadi lebih kuat dalam menghadapi tekanan atau kesulitan, sambil tetap mendapat dukungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan belajar. Kebebasan yang diberikan dalam konteks yang aman akan memperkuat kemampuan mereka untuk bertahan di masa depan, baik dalam menghadapi masalah pribadi, akademik, maupun sosial. Dengan demikian, kebebasan yang terarah ini membekali remaja dengan keterampilan hidup yang berguna untuk menghadapi tantangan di masa depan, serta membantu mereka menjadi individu yang lebih matang dan siap menghadapi kehidupan yang penuh dinamika.
Bimbingan dalam Pendidikan Remaja
Sebagai individu yang masih dalam proses perkembangan, remaja tetap memerlukan bimbingan agar tidak terjebak dalam pengaruh negatif. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan adalah Pertama: Menanamkan nilai dan etika. Penanaman ini tidak hanya bergantung pada pengajaran teori, tetapi juga pada contoh nyata yang diberikan oleh orang tua dan pendidik. Keteladanan ini sangat efektif dalam membentuk karakter remaja karena mereka cenderung meniru perilaku orang yang mereka anggap sebagai panutan. Selain itu, melalui pembelajaran nilai dan etika, remaja dapat memahami pentingnya menghormati hak orang lain, mengambil keputusan yang bijaksana, serta bertindak dengan integritas.
Kedua: Menyediakan dukungan emosional, masa remaja sering kali penuh dengan tekanan dan ketidakpastian. Dalam fase ini, dukungan emosional dari orang tua dan guru bukan hanya sekadar kehadiran fisik, tetapi juga keterbukaan untuk mendengarkan tanpa menghakimi, memberikan apresiasi atas usaha mereka, serta membimbing dengan penuh kasih dan pemahaman. Remaja membutuhkan ruang aman untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran tanpa takut diremehkan, sehingga mereka merasa dihargai dan diterima.
Ketiga: Mengajarkan batasan dan konsekuensi, Mengajarkan batasan dan konsekuensi kepada remaja bukan sekadar menanamkan aturan, tetapi membentuk kesadaran dan tanggung jawab atas setiap tindakan yang mereka ambil. Batasan yang jelas memberikan panduan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, sementara konsekuensi yang konsisten membantu mereka memahami bahwa setiap keputusan memiliki dampak. Namun, pendekatan ini harus dilakukan dengan keseimbangan antara ketegasan dan kasih sayang, bukan dengan hukuman yang menekan, tetapi dengan konsekuensi yang bersifat mendidik.
Konsep At-Tarbiyah Adz-Dzakiyyah
Konsep At-Tarbiyah Adz-Dzakiyyah (Pendidikan cerdas) mengandung makna bahwa pendidikan yang ideal bagi remaja tidak hanya memberikan kebebasan untuk berekspresi dan mengembangkan potensi diri, tetapi dilandasi juga dengan bimbingan yang tepat agar kebebasan menjadikan mereka selamat di dunia dan akirat. At-Tarbiyah Adz-Dzakiyyah berfokus pada pendidikan yang tidak hanya menyentuh aspek intelektual, tetapi juga mencakup aspek moral, emosional, dan sosial. Dalam hal ini, kebebasan memberikan ruang bagi remaja untuk belajar, memilih, dan bereksperimen dengan pilihan diri, sementara bimbingan memastikan bahwa mereka tetap berada di jalur yang benar sesuai dengan nilai-nilai moral dan spiritual.
Dalam upaya mendidik remaja, pendekatan yang seimbang harus mempertimbangkan pemberian kebebasan yang bertanggung jawab. Sementara pengawasan yang terlalu ketat justru dapat menghambat kemandirian dan mengekang kreativitas. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menjadi fasilitator yang membimbing remaja dalam mengeksplorasi potensi diri. Mendidik remaja dengan keseimbangan antara kebebasan dan bimbingan adalah seni yang memerlukan kesabaran dan kebijaksanaan. Pendidik harus mampu memberikan ruang bagi remaja untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan mereka tanpa takut dihukum atau dihakimi, namun tetap memastikan mereka tidak terjebak dalam perilaku yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Kebijaksanaan pendidik dalam memberikan arahan sangat penting untuk menjaga agar kebebasan yang diberikan tetap berada dalam kerangka nilai-nilai yang positif. Pendekatan ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan psikologis remaja, serta kemampuan dan metode yang tepat agar sesuai dengan kebutuhan dan karakter masing-masing individu.
Pendekatan At-Tarbiyah Adz-Dzakiyyah adalah solusi pendidikan remaja yang efektif karena memberikan kebebasan yang terarah, membentuk kemandirian yang bertanggung jawab, dan mencegah pemberontakan tanpa mengorbankan nilai-nilai moral. Dengan menyeimbangkan kebebasan yang terarah dan bimbingan yang penuh kasih sayang, pendidikan ini memastikan bahwa remaja tumbuh menjadi individu yang cerdas, yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki integritas, berakhlak mulia dan kesiapan menghadapi tantangan di masa depan.
Tag:magister, pascasarjana, PBA, unkafa