
Peran Pendakwah dalam Menghadapi Hoax dan Disinformasi di Era Digital
- Categories Kolom
- Date 11 March 2025
Pendahuluan
Era digital telah mengubah pola interaksi sosial dan cara kita memperoleh serta menyebarkan informasi. Salah satu dampak terbesar dari kemajuan teknologi informasi adalah munculnya berbagai platform digital yang memungkinkan distribusi berita dengan sangat cepat dan luas. Internet, media sosial, aplikasi pesan instan, dan berbagai portal berita adalah saluran-saluran utama di mana informasi disebarkan. Kecepatan penyebaran informasi ini tentu memiliki banyak manfaat, seperti memberikan akses cepat terhadap berita atau pembelajaran. Namun, di balik manfaat tersebut, ada sisi negatif yang perlu diperhatikan. Penyebaran informasi yang tidak terverifikasi kebenarannya atau lebih dikenal dengan istilah hoaks dan disinformasi, telah menjadi masalah serius. Keberadaan informasi yang salah ini tidak hanya mengaburkan kebenaran, tetapi juga dapat menyesatkan umat, merusak pemahaman ajaran Islam, bahkan memicu ketegangan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, peran pendakwah menjadi sangat penting untuk menyaring informasi yang beredar, memastikan kebenaran pesan yang disampaikan, serta melawan hoaks dan disinformasi yang dapat merugikan umat.
Definisi Hoaks dan Disinformasi
Hoaks merujuk pada informasi yang sengaja dibuat dan disebarkan untuk menipu atau membingungkan masyarakat. Dalam banyak kasus, hoaks diciptakan untuk mendukung agenda tertentu, seperti kepentingan politik, ekonomi, atau ideologi tertentu. Berbeda dengan hoaks, disinformasi mencakup penyebaran informasi yang salah, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, yang bertujuan untuk memanipulasi opini publik atau mengarahkan seseorang pada pemahaman yang keliru. Menurut Wardle dan Derakhshan (2017), disinformasi dirancang dengan sangat hati-hati dan terstruktur untuk mempengaruhi cara pandang atau perilaku masyarakat terhadap suatu isu. Hoaks dan disinformasi semakin berkembang pesat di era digital karena platform yang memungkinkan informasi menyebar dengan cepat tanpa adanya pemeriksaan faktual yang ketat. Fenomena ini menjadi sangat berbahaya ketika berbicara dalam konteks agama, karena dapat mempengaruhi pemahaman umat Islam yang seharusnya berdasarkan pada sumber yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam Al-Qur’an, tepatnya pada Surah Al-Hujurat ayat 6, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu”(Q.S. Al-Hujurat ayat 6). Ayat tersebut memberikan pemahaman bahwa umat Islam diperintahkan untuk selalu melakukan tabayyun (verifikasi) informasi yang diterima, sebagai langkah awal untuk mencegah penyebaran hoaks dan disinformasi.
Dampak Hoaks dan Disinformasi terhadap Umat Islam
Penyebaran hoaks dan disinformasi memiliki dampak yang signifikan bagi umat Islam, baik secara sosial maupun keagamaan. Salah satu dampak yang paling serius adalah fitnah. Dalam Islam, fitnah adalah salah satu dosa besar yang dapat merusak kedamaian masyarakat dan menciptakan ketegangan antar individu atau kelompok. Allah berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 6 untuk mengingatkan umat agar tidak mudah menerima informasi yang tidak jelas kebenarannya, dan selalu melakukan klarifikasi sebelum bertindak. Fitnah yang muncul akibat penyebaran informasi palsu dapat merusak persatuan umat Islam dan menciptakan permusuhan di antara sesama.
Selain itu, hoaks dan disinformasi juga dapat mengganggu pemahaman keagamaan umat Islam. Di zaman digital, informasi yang salah sering kali sulit dibedakan dari informasi yang benar. Berita palsu yang beredar, seperti klaim-klaim yang tidak berdasar mengenai ajaran Islam atau kehidupan Nabi Muhammad SAW, dapat menyebabkan umat Islam terpengaruh oleh pemahaman yang salah tentang agama mereka. Hal ini tentunya berdampak buruk pada pemahaman individu dan kolektif umat Islam, yang dapat merusak inti ajaran agama yang sejatinya menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
Hoaks juga kerap menjadi alat untuk memecah belah umat. Dalam konteks Islam, ini dapat memperburuk hubungan antar kelompok yang berbeda dalam masalah fiqh, ideologi, atau politik. Penyebaran informasi palsu yang melibatkan suatu kelompok atau individu dapat memperburuk polarisasi di kalangan umat Islam. Hal ini sering kali menambah ketegangan dalam perbedaan pendapat, dan lebih jauh lagi, dapat mengancam kesatuan umat Islam secara keseluruhan.
Terakhir, hoaks dan disinformasi juga dapat merusak reputasi Islam di mata masyarakat internasional. Ketika umat Islam ikut serta dalam menyebarkan berita palsu, baik dengan sengaja maupun tidak, citra Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan akan tercoreng. Dalam suasana global yang penuh dengan pemberitaan negatif terhadap Islam, keterlibatan umat Islam dalam penyebaran hoaks hanya akan memperburuk persepsi masyarakat terhadap agama ini.
Peran Pendakwah dalam Menangkal Hoaks dan Disinformasi
Pendakwah memiliki peran yang sangat penting dalam menghadapi tantangan hoaks dan disinformasi. Sebagai penyampai ajaran agama yang memiliki pengaruh terhadap umat, pendakwah memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini, pendakwah harus mengambil beberapa langkah penting.
- Menanamkan Kesadaran akan Pentingnya Tabayyun (Verifikasi Informasi): Prinsip tabayyun atau verifikasi informasi sangat ditekankan dalam Islam untuk menghindari penyebaran berita yang salah. Pendakwah harus menjadi teladan dalam memverifikasi informasi dan mengedukasi umat untuk tidak langsung mempercayai informasi yang diterima tanpa pemeriksaan terlebih dahulu. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 6, Allah mengingatkan umat untuk selalu memeriksa kebenaran informasi yang diterima, dan ini adalah langkah pertama dalam mencegah penyebaran hoaks. Pendakwah dapat memanfaatkan platform media sosial untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya tabayyun dan mengedukasi masyarakat tentang cara verifikasi informasi.
- Menyebarkan Informasi yang Benar Berdasarkan Sumber yang Kredibel: Pendakwah harus memastikan bahwa informasi yang mereka sampaikan bersumber dari sumber yang sahih dan kredibel, seperti Al-Qur’an, hadits, dan ajaran ulama yang diakui. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengingatkan bahwa segala informasi yang disampaikan haruslah berdasarkan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pendakwah juga perlu memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan pesan yang benar dan melawan disinformasi yang beredar (Al-Ghazali, 2005).
- Menggunakan Media Digital dengan Bijak: Media digital adalah alat yang sangat kuat dalam menyebarkan pesan dakwah. Pendakwah harus bijak dalam memanfaatkan teknologi ini untuk menyebarkan ajaran Islam yang benar. Mereka harus menciptakan konten yang menarik dan edukatif untuk audiens di berbagai platform digital, seperti artikel, video, dan infografis. Dengan cara ini, mereka dapat memastikan bahwa pesan yang disampaikan adalah informasi yang valid, dan pada saat yang sama, memberikan edukasi tentang pentingnya memeriksa keakuratan informasi yang diterima.
- Mengedukasi Umat tentang Literasi Digital: Rendahnya literasi digital di kalangan masyarakat menjadi salah satu faktor utama penyebaran hoaks dan disinformasi. Pendakwah harus aktif dalam meningkatkan pemahaman umat tentang cara memilah informasi yang benar dan yang tidak. Mereka dapat mengadakan pelatihan atau workshop untuk mengajarkan cara mengenali ciri-ciri hoaks dan disinformasi, serta bagaimana cara melakukan verifikasi terhadap berita yang beredar.
- Menjadi Teladan dalam Bertindak dan Berkomunikasi: Pendakwah harus menunjukkan akhlak yang baik dalam semua aspek kehidupan mereka, termasuk dalam berkomunikasi di dunia digital. Mereka harus menjadi contoh yang baik dalam berbicara dan bertindak, menghindari penyebaran informasi yang belum diverifikasi, dan selalu menjaga etika dalam berdakwah. Hal ini sejalan dengan ajaran dalam hadits yang mengingatkan untuk berhati-hati dalam berbicara dan memastikan bahwa informasi yang disebarkan adalah benar (Al-Bukhari, 1997).
Simpulan
Penyebaran hoaks dan disinformasi adalah tantangan besar di era digital yang dapat merusak pemahaman agama dan persatuan umat Islam. Pendakwah memiliki peran yang sangat strategis dalam menghadapi fenomena ini. Melalui edeukasi tentang pentingnya verifikasi informasi, penggunaan media digital yang bijak, dan penyampaian pesan yang benar, pendakwah dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih cerdas dalam menyikapi informasi yang ada. Dengan demikian, ajaran Islam yang disampaikan tetap berdasarkan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Referensi:
Wardle, C., & Derakhshan, H. (2017). Information Disorder: Toward an Interdisciplinary Framework for Research and Policy Making. Strasbourg: Council of Europe.
Al-Ghazali, A. (2005). Ihya Ulumuddin. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Al-Bukhari, M. (1997). Sahih Al-Bukhari. Riyadh: Darussalam.
Tag:dakwah, digital, disinformasi, komunikasi